Suatu hari saya naik angkot (angkutan kota) dari rumah menuju tempat les. Sesuatu yang menakjubkan terjadi di angkot tersebut. Saat itu saya duduk di dekat pintu angkot, menghadap ke belakang. Di depanku duduk seorang bapak yang amat tua, kurus sekali, kulitnya sudah keriput, badannya bongkok, dan rambutnya putih. Selama berada di angkot saya terpesona pada beliau. Kisah ini sungguh menakjubkan, hingga ku tulis artikel ini. Berikut penggalan kisahnya.
Ketika seorang penumpang naik, langsung duduk di bagian belakang. Dia tidak menutup pintu angkot. Pak tua di depanku itulah yang menutup pintu itu. Ku lihat begitu kuat beliau hingga tak tampak lelah, bahkan senyumnya menghiasi wajahnya. Berapa ya usianya? Bathinku. Nanti kalau ada penumpang lagi, saya yang akan menutup pintu itu, kataku dalam hati. Eh tak berapa lama ada yang naik lagi. Seorang ibu yang tua sekali, rasanya lebih tua dari pak tua tadi. Saya siap untuk membantunya. Ibu itu kesulitan naik, sedang pak tua tampaknya tertidur. Penumpang lain yang berada di sebelah kami diam saja, tampak acuh bahkan dari tadi bermain HP. Ya … akhirnya kubantu ibu tua itu. Ya Allah … saya tak kuat menahan tubuh ibu itu, tangannya ku pegang dengan tangan kanan dan tangan kiriku pegangan angkot. Rasanya badan itu lebih berat dariku.
“Pegangan ya bu.” pintaku lirih.
“Bisa … Bisa … Bisa ….” gumamku.
Ku angkat tubuh ibu tua itu dan ku dudukkan di tempat saya duduk. Keringatku mengucur, ya Allah tak seorangpun membantuku. Remaja-remaja itu acuh sekali. Ampuni kami ya Allah. Saya masih dipintu dan kakiku terpeleset. Saya menundukkan kepala, ingin melihat posisi kedua kakiku. Tiba-tiba sebuah tangan memegang tangan kananku dan diambilnya pula tangan kiriku. Ditariknya kedua tanganku dengan perlahan.
“Angkat kakimu pelan-pelan nak … Ya hati-hati. Nah duduklah di sini … duduk, atur nafasmu sambil berdoa.”
Setelah ku lihat penolongku itu, ya Allah ternyata pak tua. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Pak tua itu mengambil bangku kayu kecil di bawah tempat dudukku, menutup pintu angkot, kemudian duduk di sebelahku.
“Pak duduk di sini saja.”
“Oh … saya di sini saja.” jawabnya sambil tersenyum.
“Terima kasih pak, maaf merepotkan bapak.”
“Saya yang minta maaf sebab tadi kubiarkan nak ajeng membantu ibu ini. Saya tertidur.”
Saya tertegun mendengar kata-katanya. Pak tua ini malah meminta maaf padaku? Sedang bapak ini jauh lebih tua dariku. Sejak beliau menutup pintu tadi saya sudah terpesona oleh kekuatan dan keikhlasannya membantu menutup pintu. Saya telah belajar sesuatu dari beliau. Selagi saya termenung, ibu tua di depanku berbicara.
“Nak trima kasih ya telah menolongku, maaf ibu membuatmu terpeleset. Untung bapak ini menolongmu. Pak trima kasih ya.”
“Dalam hidup kita wajib tolong menolong, jadi sebenarnya apa yang kulakukan sudah menjadi tugas hidupku.”
“Bapak dan ibu kalau boleh tahu berapa usianya?”
“Saya hampir 100.” sahut ibu tua itu.
“Saya baru di atas 90 nak.” bapak itu menjawab sambil senyum.
Hah? Aku terperanjat mendengar jawaban itu. Sungguh menakjubkan, sudah tua sekali masih kuat dan berani bepergian sendiri. Apalagi pak tua itu malah banyak senyum dan suka membantu. Pegangan tangannya tadi masih kuat, hehehe saya kalah jauh. Ehmm … Banyak pelajaran yang dapat ku peroleh di angkot ini. Belum hilang rasa heranku, ibu tua itu membuka tas, mengeluatkan HP dan bertanya padaku.
“Nak, ini ada sms masuk, ibu lupa cara membukanya. Tolong ajarin ibu ya.”
“Oh ya bu.”
Kemudian ku bantu itu itu membukanya dan kujelaskan. HP-nya Nokia dengan layar sentuh, canggih juga nih. Setelah kujelaskan, beliau menjawab sms cucunya. Bisa, ibu itu bisa sms sendiri. Berarti ingatannya masih bagus sekali. Jari-jarinya juga masih trampil. Subhanallah. Beberapa saat kemudian si ibu turun, dibantu oleh pak tua. Pak tua itu duduk di tempat ibu tadi. Sebelumnya, bangku kayu kecil itu dimasukkannya lagi ke bawah bangkuku. Disiplin sekali beliau ini. Jarang sekali dan hampir tak pernah saya menemukan orang yang peduli seperti beliau ini. Tak berapa lama ku lihat beliau tertidur lagi.
Ehmm … pandai sekali pak tua itu mengatur waktu. Ternyata benar, pendidikan terjadi seumur hidup. Never too old to learn, ehmm … kalimat ini selalu ku ingat. Mengapa? Hahaha tuh tertulis di tas kecil yang selalu menjadi inspirasiku. ”Tas tangan kecilku inspirasiku.” Tas ini hampir selalu ku bawa ke mana-mana. Bayangkan, ibu tua tadi usianya hampir 100 tahun, masih ingin sekali belajar sms dll. HP-nya keren lagi. Lebih-lebih si pak tua yang menakjubkan itu. Allahu akbar. Semoga kita bisa seperti bapak dan ibu itu, selalu menolong dengan tulus ikhlas dan belajar sepanjang hayat. Amin ya rabbal alamin.